RSS

Pandangan Alkitab dalam Hal Memberi (Sebekah/Amal)

Prinsip Memberi
Alkitab tidak melarang memberikan pemberian baik hadiah atau pemberian apapun termasuk dalam hal bersedekah/ /beramal. Namun, apabila itu dilakukan harus dengan motivasi yang benar dan pada kesempatan yang benar. Yesus Kristus memperlihatkan bahwa apa yang paling berharga di mata Allah adalah sikap hati (tulus atau terpaksa) sang pemberi, bukan nilai materi hadiah tersebut. (Lukas 21:1-4) Demikian pula, sehubungan dengan pemberian belas kasihan kepada orang yang membutuhkan, rasul Paulus menulis, ”Hendaklah masing-masing melakukan sebagaimana yang telah ia putuskan dalam hatinya, tidak dengan enggan atau dengan terpaksa, karena Allah mengasihi pemberi yang bersukacita.”—2 Korintus 9:7.
Dari sudut pandangan Alkitab, tidak ada salahnya mengidentifikasi diri sebagai pemberi kado, barangkali dengan menyertakan sebuah surat kecil di dalamnya. Namun, di beberapa tempat, sudah menjadi kebiasaan untuk mengumumkan identifikasi sang pemberi hadiah. Kebiasaan ini dapat mendatangkan masalah. Orang yang memberikan kado mungkin tidak ingin diketahui namanya agar tidak menarik perhatian yang tidak perlu kepada diri mereka. Apa yang ia lakukan selaras dengan prinsip yang Yesus katakan di Matius 6:3, ”Tetapi engkau, apabila memberi pemberian belas kasihan, jangan biarkan tangan kirimu tahu apa yang dilakukan tangan kananmu.” Orang lain mungkin merasa bahwa memberikan hadiah merupakan masalah pribadi yang hendaknya hanya diketahui sang pemberi dan sang penerima. Selain itu, mengumumkan siapa pemberi kado dapat membuat orang membandingkan-bandingkan hadiah, ”membangkitkan persaingan”. (Galatia 5:26)

Tokoh Alkitab yang Bersedekah
Kisah tentang seorang janda miskin memperlihatkan bahwa Yesus tidak terkesan oleh pemberian yang banyak dari orang kaya, yang memberi ”dari kelebihan mereka”, tetapi oleh sumbangan kecil janda miskin itu. Apa yang ia lakukan menyentuh hati Yesus karena ’dari kekurangannya janda itu menjatuhkan semua sarana penghidupan yang dimilikinya’.
“ “Ketika ia (Yesus) memperhatikan, ia melihat orang-orang kaya menjatuhkan pemberian mereka ke dalam tempat sumbangan. Kemudian ia melihat seorang janda miskin menjatuhkan dua uang logam kecil yang sangat sedikit nilainya di sana, dan ia mengatakan, ”Aku memberi tahu kamu dengan sesungguhnya: Janda ini, meskipun miskin, telah menjatuhkan lebih banyak daripada mereka semua. Karena mereka semua menjatuhkan pemberian dari kelebihan mereka, tetapi wanita ini dari kekurangannya menjatuhkan semua sarana penghidupan yang dimilikinya.” “ (Luk. 21:1-4)

Kesimpulannya
            Dalam hal memberi, hendaknya diberikan dengan hati yang tulus atau ikhlas, pemberian ini juga bukan dengan tujuan untuk dilihat orang betapa baiknya si pemberi, melainkan dengan kasih. Karena Yesus Kristus telah menulis dan menjelaskan kepada umatnya di Matius 6:3.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pandangan Alkitab Tentang Berpuasa

Prinsip Berpuasa
Puasa adalah berpantang dari semua makanan untuk suatu periode terbatas. Puasa dengan motif yang benar pada zaman dahulu adalah pernyataan dukacita dan pertobatan yang saleh atas dosa-dosa masa lalu. Puasa juga patut pada waktu menghadapi bahaya besar, sewaktu bimbingan ilahi sangat dibutuhkan, pada waktu bertekun menghadapi ujian dan godaan, atau apabila seseorang sedang belajar, merenung, atau memusatkan pikiran pada maksud-tujuan Allah. Puasa bukan salah satu bentuk hukuman atas diri sendiri, melainkan tindakan merendahkan diri di hadapan Allah. Belakangan, banyak yang berpuasa sebagai suatu formalitas yang tampak dari luar. Allah membenci puasa-puasa yang munafik demikian dan karena itu menanyakan orang-orang Israel yang munafik, ”Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, [”mempersakiti jiwanya”, Klinkert] jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?” (Yesaya 58:5) Sebaliknya daripada secara mencolok memamerkan puasa mereka, orang-orang yang tidak patuh ini diminta untuk menghasilkan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan pertobatan. Prinsip berpuasa :
”Apabila kamu berpuasa, berhentilah bermuka sedih seperti orang-orang munafik, karena mereka membuat muka mereka tampak jelek supaya terlihat orang bahwa mereka sedang berpuasa. Dengan sungguh-sungguh aku mengatakan kepadamu: Mereka telah memperoleh upah mereka sepenuhnya. Tetapi engkau, apabila berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya engkau tampak berpuasa, bukan kepada manusia, tetapi kepada Bapakmu yang tersembunyi; dengan demikian Bapakmu yang memandang secara tersembunyi akan membalas kepadamu.” (Mat. 6:16-18)

Tokoh Alkitab yang Berpuasa dan Alasannya

1.   Pada zaman Alkitab, orang-orang berpuasa karena berbagai alasan yang diperkenan Allah.
·       Ada yang berpuasa untuk mengungkapkan dukacita yang luar biasa atau pertobatan karena dosa (1 Samuel 7:4-6) => Orang Israel yang meninggalkan berhala kemudian bertobat Allah orang Israel yaitu Yahweh (lihat kamus Alkitab LAI: “TUHAN”) dengan berpuasa.
·       Ada yang berpuasa untuk mencari bimbingan-Nya (Hakim 20:26-28) =>Orang Israel berpuasa meminta petunjuk Allah sewaktu berperang melawan musuh orang Israel yaitu bangsa Benyamin.
·       Ada yang berpuasa untuk memohon perkenan Allah (Lukas 2:36, 37) => Hana, seorang nabiah lanjut usia yang mempersembahkan/membaktikan kehidupannya setelah menjanda untuk bekerja di bait Allah (nama tempat ibadat saat itu)
·       Ada yang berpuasa untuk lebih berkonsentrasi sewaktu merenung. (Matius 4:1, 2) => Yesus yang berpuasa 40 hari dan 40 malam kemudian digoda Setan si Iblis di padang belantara.
2.   Namun, Alkitab juga menyebut tentang puasa yang tidak diperkenan Allah.
·       Raja Saul berpuasa sebelum meminta nasihat seorang cenayang. (Imamat 20:6; 1 Samuel 28:20) Cenayang/dukun adalah bentuk dari praktek spiritisme dimana praktek ini adalah perkara memuakkan/najis dipandangan Allah (Ulangan 18:9-13)
·       Orang-orang fasik, seperti Izebel serta orang-orang fanatik yang bersiasat membunuh rasul Paulus, mengumumkan puasa. (1 Raja 21:7-12; Kisah 23:12-14)
·       Orang Farisi terkenal karena mereka rutin berpuasa. (Markus 2:18) Namun, mereka dikecam oleh Yesus karena mereka berpuasa untuk dilihat suci oleh manusia, dan mereka tidak membuat Allah terkesan. (Matius 6:16; Lukas 18:12)
·       Allah tidak menghiraukan beberapa orang Israel yang berpuasa karena perbuatan mereka jahat dan motif mereka salah.—Yeremia 14:12.
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa bukan tindakan puasa itu sendiri yang membuat Allah senang. Tetapi, banyak hamba Allah yang tulus berpuasa dan diperkenan oleh-Nya. Jadi, haruskah orang Kristen berpuasa?

Kesimpulannya

            Pada waktu bangsa Israel dibawah Mukum Musa (banyak dikenal dengan “Hukum Taurat”) puasa diwajibkan. Namun, ketika bangsa Israel tidak lagi dibawah hukum itu, puasa tidak diwajibkan bagi orang Yahudi (Israel). Meskipun tidak diwajibkan bagi orang kristen, tidak menutup kemungkinan bagi mereka yang ingin berpuasa dalam rangka untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi ingat prinsip di Alkitab bahwa berpuasa bukan untuk dilihat/dipamerkan kepada orang - orang melainkan untuk Allah yang kudus, Yahweh. (lihat kamus Alkitab LAI: “TUHAN”). (Mat. 6:16-18) Alkitab tidak menjelaskan dengan detail berapa lama (jam, hari, bulan, dsb) dan apakah ada “sahur atau berbuka” puasa harus dilakukan. Alkitab hanya memberikan contoh tokoh pada zaman dahulu bahwa mereka yang berpuasa adalah benar benar tidak makan maupun minum.
Mengapa orang Yahudi tidak lagi hidup dibawah hukum Taurat/ Hukum Musa? Hukum Taurat/ Hukum Musa dibuat dengan tujuan untuk menjaga bangsa Yahudi hingga menunggu sang Mesias datang. Mesias yang adalah Yesus Kristus atau Isa Almasih. Ketika sang Mesias sudah datang, secara otomatis Hukum Taurat/Hukum Musa tidak lagi berfungsi. Lalu kemudian sang Mesias memberi hukum lagi dan inilah hukum yang terbesar, yaitu: “... seorang penulis ..., bertanya kepadanya (Yesus), ”Perintah manakah yang terutama dari semua?” Yesus menjawab, ”Yang terutama adalah, ’Dengarlah, hai, Israel, Yahweh adalah Allah kita; Yahweh itu esa, dan engkau harus mengasihi Yahweh, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap pikiranmu dan dengan segenap kekuatanmu.’ Yang kedua adalah ini, ’Engkau harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri.’ Tidak ada perintah lain yang lebih besar daripada perintah-perintah ini.” (Markus 12:28-31)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS